Memilih pemimpin
alternatif.
Kemarin liat
sebuah newsflash dari metro tv yang mengajak kita memilih presiden alternatif
karena dikhawatirkan kalau di 2014 nanti calon presiden yang ada merupakan
calon presiden yang juga ikut bertarung pada pemilihan presiden di 2009
kemarin. Orangnya yang itu – itu saja.
Di berita
tersebut kita diajak mellihat calon presiden dari 2 golongan yaitu golongan
pengusaha (yang pada berita itu di wakili oleh sandiaga uno, chairul tanjung,
dan satu lagi saya lupa) dan golongan akademisi (yang diwakili oleh anies baswedan rektor Paramadina, komaruddin hidayat rektor UIN dan firmansyah mantan
dekan FEUI).
Yang mau saya
bahas adalah pemilihan golongan akademisi sebagai seorang pemimpin. Saya sebenarnya
kurang setuju dengan pendapat ini karena bagi saya akademisi sebaiknya tidak
menjadi pemimpin. Akademisi harusnya tetap sebagai akademisi (kalau mentri saya
mungkin bisa menerima) bukan sebagai pemimpin suatu negara
Negara kita,
menurut saya, kurang berjodoh dengan pemimpin dari golongan akademisi. Pemimpin
sukses yang pernah memerintah kita ada 2 orang. Yaitu bapak soekarno dan bapak
soeharto. Diluar segala kontroversi yang ada di balik pemerintahan mereka, tapi
tidak bisa dipungkiri mereka lah yang membawa nama indonesia ke kancah
internasional. Presiden – presiden sesudahnya hanya melanjutkan apa yang telah
diperbuat oleh dua orang tersebut.
Dan bisa kita
lihat, kedua orang itu tidak ada yang berasal dari golongan akademisi. Yang satu
merupakan aktivis dan pendiri parpol, sedangkan yang satu lagi adalah
seorang jendral besar militer dengan
bintang empat.
Satu – satunya presiden
yang berasal dari pihak akademisi adalah bapak BJ Habibie. Tidak bisa
dipungkiri kalau bapak Habibie merupakan anak indonesia yang berotak super
brillian dan sangat berintegritas. Tetapi pemerintahan bapak Habibie hanya
sebentar karena beliau adalah pengganti pak harto yang digulinggkan oleh
mahasiswa pada masa reformasi. Sebentarnya pemerintahan pah Habibie juga
dipengaruhi oleh banyaknya orang yang tidak sesuai dengan orang – orang di
sekitarnya. Pola pikir pak habibie yang sudah sangat maju tidak bisa diterima
dengan orang – orang yang sudah korup dan rusak hati dan pikirannya di masa
Orba. Dan pak habibie pun akhirnya tidak bisa melanjutkan tugasnya menjadi
presiden Indonesia.
Inilah akademisi.
Mereka memiliki pikiran – pikiran yang maju dan cemerlang untuk kebaikan
bangsa, tetapi mereka tidak bisa mewujudkannya karena bangsa itu sendiri. Hal yang
sama saya lihat pada dosen – dosen saya di kampus yang selalu terbentur entah
dengan birokrasi, atau peraturan bahkan UU. Mereka akhirnya hanya bisa ngedumel
tentang masalah ini pada mahasiswanya yang ga tau apakah ngedumel itu
bermanfaat bagi siswanya atau tidak.
Akademisi bagi
saya adalah orang suci, santo yang bisa mengarahkan manusia – manusia bodoh
menuju kebenaran. Mereka tidak boleh dikotori dengan sampah – sampah politik. Karena
jika mereka sudah kotor kepada siapa lagi rakyat belajar? Akademisi lah yang
mempunyai peran penting dalam kehidupan rakyat indonesia. Karena itu mereka
dihargai sangat tinggi diluar negri, tapi tidak di sini di negrinya sendiri. Di
zaman sahabat nabi saja, para ulama yang berilmu itu tidak ada yang mau menjadi
pemimpin/khalifah, maka kalo ada akademisi yang ngotot mau jadi pemimpin, pasti
ada maksud lain dibelakangnya. Memang tidak semua akademisi adalah orang suci,
ada juga yang hanya menjadikan peran akademisi sebagai ladang uang saja, tetapi
kalau masih ada orang – orang seperti pak anies baswedan atau pak firmansyah
atau dosen saya, kita masih bisa optimis dengan kebaikan seorang akademisi (saya tidak tahu banyak tentang pak
komaruddin hidayat). Kalau kata dosen saya, dosen juga perlu makan, kalau Cuma mengandalkan
gaji perut ga bisa terisi.
Jadi dari
alternatif calon presiden diatas saya pilih siapa? Menurut saya mungkin pilihan
terbaik ada pada golongan pengusaha atau kader parpol. Tetapi liat juga
pribadinya, kalau pengusaha busuk atau parpol busuk juga ngapain di suruh
mimpin negara, bisa – bisa negara ikutan busuk. Rakyat sekarang sudah cerdas,
media sudah terbuka, yang bisa ditutup – tutupi semakin lama semakin sedikit,
kalau masih salah pilih ya itu salah
sendiri :P
3 komentar:
Kalau awak lebih setuju bang luthfi jadi pemimpin.
Tenang fi, awak siap jadi tim sukses untuk 2014.
Hidup Luthfi !!!
wakakakak
bang da, klo awak yang dipilih, berarti ko dah salah pilih la itu.
awak bukan kader parpol. pengusaha apalagi...
pilih yang pasti - pasti aja bang da, kaya bos mu dulu..pak DIS misalnya. :)
ayo semangat trus untuk negeri Indonesia
Posting Komentar